Sebuah lagu merupakan curahan hati dari sang penciptanya, menulis baris demi baris lbait agu tentunya mempunyai makna atau pesan yang akan disampaikan kepada pendengar lagunya nanti. Mengusik tentang lagu “dondong opo salak” dalam syair bahasa jawa, yang dipopulerkan pertamakali oleh penyanyi senior Krisbiantoro sekitar tahun 60-70-an, lagu tersebut adalah lagu anak-anak, namun didalam syairnya yang lugas, tidak berbelit-belit dan mudah dipahami, kalau didalami akan memberikan pemahaman makna tentang pekerti yang luhur. Kira-kira seperti dibawah ini syair lagu tersebut.
Dondong opo salak (Buah dondong, apa buah salak)
Duku cilik-cilik (Buah duku kecil-kecil)
Andong opo becak (Naik kereta kuda apa naik becak)
Mlaku thimik-thimik. (Jalan pelan-pelan)
Tidak perlu lama untuk menghafalkan lagu sedemikian pendek, mudah diingat. Kalau diperhatikan, buah-buahan yang disebutkan diatas bukanlah buah istimewa yang harganya selangit, ataupun mungkin buah impor, buah tersebut adalah buah lokal dan bahkan buah yang murah, namun kemudian apabila kita berikan makna falsafah dalam buah tersebut tentu akan lain ceritanya.

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
(Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat”. ) (HR Bukhari)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” (Al-Hujurat: 12)


فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Semua daya upaya dalam kehidupan tidak akan pernah lepas dari cobaan dan ujian, mencari sesuatu atau mengusahakan sesuatu tentu ada pengorbanan, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan sifat pantang menyerah, bersungguh-sungguh dalam menjalankan apa yang diinginkan, insyaallah akan tercapai dengan baik.

Kembali kepada topik pendidikan, perkembangan jaman yang luar baiasa pesat, baik dari segi teknologi dan budaya, saat ini sudah sangat jarang ditemukan di sekolah-sekolah, menyampaikan pendidikan karakter melalui media lagu atau kegiatan lain, kita ketahui pendidikan karakter adalah upaya didalam membangun generasi yang santun, generasi yang cerdas, generasi yang menhargai orang lain, intinya adalah generasi yang berakhlak. Salah satu bukti pendidikan karakter yang gagal saat ini adalah siswa tawuran, hampir semua pemberitaan dimedia masa, tawuran pelajar pernah terjadi di seluruh pelosok negeri. Adakah yang salah dengan system pendidikan Negara kita, yang biasa terdengar adalah setiap tahun selalu dibebankan standar nilai kelulusan semakin tinggi, apa yang terjadi kemudian, kong kalikong antara siswa dengan siswa, agar bisa lulus bagus, bahkan gurupun berperan terjadinya kecurangan membocorkan kunci jawaban dalam ujian nasional.
Harapan yang terbesar saat ini sebagai salah satu pendidik adalah memulai dari diri pribadi, untuk selalu menanamkan moral dan etika dalam setiap belajar mengajar, minimal bisa dimulai dari pendidikan keluarga, selalu mengingatkan pribadi masing-masing bahwa berperilaku jujur, adil tidaklah sesuatu yang kampungan atau kuno. Menjadi guru hebat tidaklah mudah, namun tetap harus dimulai, “man jadda wa jadda!”. Seperti yang juga disampaikan oleh William Arthur ward, penulis paling inspiratif pada fountain of faith, amarika serikat. Guru yang biasa, berbicara. Guru yang bagus, menerangkan. Guru yang hebat, memperagakan. Guru yang agung, member inspirasi. Maka pilihan jatuh pada diri masing-masing, akan seperti guru yang manakah kita..?
No comments:
Post a Comment