13 November 2012


LKS itu … LEMBAR KEGIATAN SISWA. atau LEMBAR KEGIATAN SESAT…
(Potret Buram Pendidikan Indonesia)


Gambar Miyabi mendadak bertambah boming di daerah Mojokerto,Jawa timur beberapa bulan yang lalu, pasalnya gambar perempuan asal negeri sakura itu “mejeng” di sebuah LKS Bahasa Inggris SMP. LKS The Bell terbitan CV Sinar Mulia ini disusun oleh Tim Penyusun Musyawarah Guru Bahasa Inggris SMP, di antaranya Giyono, Sumantri, Moh. Jalil, dengan penelaah Muhyidin. Dalam kata pegantarnya, tujuan diterbitkannya buku LKS bergambar artis yang katanya,pemain film yang tidak senonoh, ini untuk membantu siswa belajar dengan paradigma baru, yaitu cooperative learning, active learning, dan mandiri. (Kompas.2012).
Belum selesai dengan Miyabi yang kontroversi, kembali dunia pendidikan kita digoncang LKS yang memuat bahasa “istri simpanan” pada LKS Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ) LKS tersebut memuat cerita istri simpanan sehingga meresahkan orangtua murid. LKS terbitan PT Media Kreasi (MK) tersebut diketahui dijadikan bagian kurikulum tambahan siswa kelas II di sekolah tersebut.(Kompas.2012).  LKS bermasalah masih berlanjut lagi dengan tambahan LKS miring. Dalam buku LKS Bahasa Jawa kelas 3, diceritakan, seorang kakek mempunyai mempunyai resep awet muda. Resep tersebut berupa kebiasaan madat atau mengisap ganja sebelum tidur, minum-minuman keras 2 botol dan menghabiskan rokok 2 bungkus. Ajaran yang dianggap tak pantas dikonsumsi siswa SD tersebut terdapat dalam LKS Fokus Bahasa Jawa untuk kelas 3, yang diterbitkan oleh CV Sindunata Sukoharjo, Jawa Tengah.
Kalau model pendidikan bangsa ini sudah melenceng dari awal, bahkan dimulai dari pendidikan dasar, kapan berkembangnya pendidikan bangsa kita.?. Fungsi LKS dalam proses belajar mengajar untuk siswa adalah sebagai sarana belajar baik di kelas, di ruang praktek maupun di luar kelas sehingga siswa berpeluang besar untuk mengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih keterampilan, memproses sendiri untuk mendapatkan pengetahuan,  sedangkan untuk guru adalah memudahkan dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode “membelajarkan siswa” atau  Student Active Learning.  Apabila diartikan lebih jelas bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kertas yang intinya berisi informasi dan instruksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek atau mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pengajaran”. Sedangkan tujuan LKS antara lain: Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar. Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut.


Melihat tujuan dan manfaat diterbitkanya LKS dalam pembelajaran sekolah tentu sangat bagus apabila dilaksanakan sesuai dengan tujuan. Siswa mendapat kemudahan dalam belajar sedangkan guru juga mendapatkan kemudahan dalam mengajar. Namun kemudahan tersebut ternyata kemudian melenceng dan menjadi sebuah boomerang  kemalasan dalam belajar. Guru tergantung kepada LKS, dengan adanya kunci jawaban, silabus, RPP, Prota, Promes, tinggal ambil saja tanpa susah-susah menyiapkan perangkat belajar tanpa memperhatikan isi dan kualitas LKS yang dibawa, bahkan sering didapati antara materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran berbeda bahkan melenceng jauh dari tujuan pembelajaran. Peserta didik dimudahkan dengan hanya memiliki LKS saja, sumber belajar sudah terpenuhi, ditambah lagi harga LKS yang super murah dibandingkan dengan buku pelajaran, apalagi salesnya memberikan rabat yang tinggi walaupun isinya abal-abal dan tidak mendidik tetap saja diambil dan digunakan sebagai acuan inti dalam pembelajara, masih ada tambahan lagi dengan iming-iming kompensasi yang menggiurkan. Lengkap sudah kehancuran itu.
Alih-alih meningkatkan keaktifan siswa, tetapi yang terjadi adalah aktif mencari orang yang namanya “Miyabi”, Istri simpanan”, “ Nyimeng”, “madat”, pada warnet-warnet pinggir jalan, diwaktu setelah pulang sekolah, ditambah lagi pemberitaan media yang bolak-balik diulang yang malah menambah penasaran peserta didik yang tidak tahu menahu siapa itu Miyabi, maka apabila sampai diwarnet, ketika diketik “Miyabi” pada search engine yang keluar adalah Gambar orang miskin yang tidak memakai baju, film-film orang sangat miskin yang juga tidak memakai baju… bertambahlah keaktifan siswa… SIAPAKAH YANG HARUS BERTANGUNG JAWAB….. Mari kita Tanya diri kita masing-masing, bukan bertanya kepada rumput yang bergoyang.!!!. Bentengi diri dan generasi dari tingkah pendidikan yang amoral.

No comments:

Post a Comment